** Penunggu Pasar
Sukoharjo **
by:wiand'z laucher
Pasar Kota Sukoharjo
sudah beberapa kali direncanakan akan dipugar oleh Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo beberapa waktu yang silam. Namun baru tahun 2012 ini pasar kota
Sukoharjo terealisasi akan dibangun bersamaan dengan beberapa pasar tradisional
lainnya di seluruh Indonesia yang rencananya akan dipugar oleh pemerintah
Pusat.
Selain sebagai Pasar
tradisional, Pasar utama Kota Sukoharjo ini sekaligus sebelahnya dipergunakan
sebagai terminal angkutan umum dari dalam kota ke daerah pedesaan lainnya di
seluruh Kabupaten Sukoharjo. Pasar tradisional ini sudah ada sejak jaman
sebelum kemerdekaan Indonesia, pasar ini menurut cerita para pini sepuh dulu
pernah diresmikan oleh Presiden Soekarno. Bahkan masyarakat saat itu menyebut
Pasar Tradisional ini dengan nama pasar Bung Karno.
Seiring dengan
perkembangan jaman, lambat laun Pasar Tradisional Sukoharjo beralih nama
menjadi pasar kota Sukoharjo. Pasar yang dahulu dipergunakan sebagai tempat
jual beli maupun tukar menukar hasil kebun dan panen bagi para pedagang oprokan
kini makin lama semakin lebih modern.
Pada bulan Maret
tahun 2012 sesaat setelah Pasar kota ini di bongkar akan di revitalisasi
menjadi pasar tradisional lagi, Bupati Sukoharjo secara resmi mengganti lagi
nama Pasar Kota Sukoharjo menjadi pasar Ir. Soekarno. Pemberian nama baru yang
dikembalikan ke nama semula dilakukan pada bulan Juni bersamaan dengan bulan
Bung karno yang jatuh pada bulan itu.
Namun dalam
pembangunan pasar tradisional ini ada saja ganjalan yang menghambat
pengerjaannya, salah satunya saat mengawali pembongkaran pasar tradisional ini
terjadi hujan yang sangat lebat dan angin kencang yang terjadi hanya di sekitar
Pasar ini.
“Angin berhembus
kencang menghempaskan apa yang ada saat itu, bahkan pohon yang semula akan
dirobohkan oleh kontraktor, tumbang dengan sendirinya akibat dari kencangnya
hembusan angin di daerah itu,” kata ibu pemilik titipan sepeda yang tak mau di
sebutkan namanya.
Rumahnya yang berada
tepat di belakang pasar Kota Sukoharjo dan juga warga asli daerah itu, ibu pemilik
titipan sepeda ini setiap hari sering menyaksikan keganjilan maupun keanehan
yang terjadi pada saat awal pembangunan Pasar. Tak hanya keanehan hujan dan
angin puting beliung yang datang saat pembongkaran pasar dimulai.
Bahkan semasa masih
menjadi Pasar kota, keanehan itu sering kali terjadi di pasar ini. Di dalam
pasar ini dulu terdapat sebuah pohon beringin yang telah berusia ratusan tahun.
Tak ada angin dan tak ada hujan pohon itu tiba tiba tumbang dengan sendirinya,
padahal selama itu pohon beringin tak menampakkan tanda-tanda layu sebelumnya.
Selain itu satu
peristiwa mengenaskan juga pernah dialami salah seorang lurah pasar yang
bertugas di pasar Kota Sukoharjo waktu itu.
Di sisi sebelah barat
pohon beringin dulu dibangun beberapa kamar mandi umum yang dipergunakan bagi
siapa saja yang membutuhkanya. Di samping kamar mandi sebuah mushola dan sumur
juga dibangun diperuntukan oleh umum.
Berhimpitan dengan
mushola terdapat lahan kosong seluas 1×2 meter persegi, lahan kosong persegi
lantai keramik ini dipergunakan bagi para pedagang dan pembeli untuk istirahat
seusai menjalankan Sholat di Mushola. Oleh Lurah pasar, lahan kosong ini dijual
kepada salah seorang pedagang yang waktu itu sangat membutuhkan tempat
berjualan.
Beberapa pedagang
yang mendengar kabar ini sebetulnya telah menyarankan, agar lahan kosong itu
jangan sampai dijual. Tempat itu sudah menjadi kebiasaan di gunakan sebagai
tempat istirahat, namun saran dari pedagang tak dihiraukan oleh Lurah pasar,
yang paling penting dirinya mendapatkan uang dari hasil penjualan lahan kosong
tersebut. Sebagai kepala pemimpin pasar, siapapun tak ada yang berani melarang
dirinya menjual aset daerah yang sebenarnya bukan hak miliknya, tapi rakus akan
uang membuat Lurah pasar itu lupa akal sehatnya.
Tak selang beberapa
lama kemudian setelah menjual lahan kosong itu, Lurah pasar jatuh sakit,
dirinya merasa ada orang yang mengikuti kemanapun dia pergi. Bahkan dalam
mimpinya, lurah itu merasa ditemui seseorang kakek tua yang mengenakan sorban
dan pakaian serba putih berkata, “Tanah itu bukan hakmu, kenapa kamu jual? Kamu
harus merasakan buah akibat dari keserakahanmu sendiri,” katanya.
Hingga akhirnya Lurah
pasar tersebut meninggal dunia, setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit
karena tak jelas sakitnya. Kini setelah pembangunan pasar tardisional ini
dimulai, keanehan dan keganjilan masih seringkali terjadi di tempat ini.
Kejadian aneh pada
saat pembongkaranpun sempat membuat orang orang di sekitar pasar bingung.
Kejadian ini berlangsung setelah pasar tradisional dirobohkan, saat
pembongkaran ini pihak terkait Pemkab maupun kontraktor sama sekali tak pernah
memberi sesaji seperti pada umumnya pembangunan. Mereka melupakan bahwa pasar
sebagai tempat menghasilkan rejeki sudah semestinya harus ditempatkan
sebagaimana juga mestinya.
Selama ini beberapa
bangunan berupa los bagi pedagang oprokan dan toko kelontong di serambi depan
terlebih dulu telah dibongkar, menyusul kemudian terminal angkot yang berada di
sisi utara pasar juga ikut dibongkar pada saat yang bersamaan. Pembongkaran
yang berlangsung lebih dari sepekan ini telah meratakan bangunan pasar lama
maupun terminal angkot.
Namun beberapa
bangunan ternyata masih sulit dirobohkan, bangunan lama ini tegar berdiri di
tengah-tengah pasar, meski beberapa bagian bangunan seperti atap telah terlebih
dulu dibongkar para pekerja. Alat berat yang dipergunakan
untuk pembongkaran
ternyata tak mampu menyentuh Mushola, kamar mandi dan sebuah sumur. Bangunan
inilah yang masih berdiri tegak di tengah-tengah pasar dan kenapa bangunan ini
tak bisa dirobohkan?
Kejadian sulitnya
merobohkan bangunan ini terkait dengan peristiwa pada saat pembongkaran sisa
bangunan pasar yang terdiri dari tiga bangunan itu. Selama ini pembongkaran
pasar yang dilakukan pihak Pemkab selalu menggunakan alat berat, dikarenakan
tenggang waktu kontrak pembangunan pasar dari Pemkab kepada kontraktor tak
lebih dari empat bulan saja, hingga pasar harus segera diratakan dengan tanah
agar pihak kontraktor bisa segera memulai pembangunanya.
Tapi alat berat yang
digunakan membongkar tiga bangunan itu tak bisa jalan saat akan merobohkan
bangunan Musholah, sumur dan bekas kamar mandi, meski ketiga bangunan ini hanya
tersisa tembok-temboknya saja.
Operator alat berat
merasa aneh dengan kejadian ini, alat yang sebelumnya lancar di gunakan
merobohkan bangunan lain kini macet saat akan merobohkan ketiga bangunan itu.
Namun saat alat berat ini diarahkan ke beberapa bangunan lainya ternyata juga
lancar-lancar saja.
Keanehan ini semakin
menjadi-jadi saat sang operator alat berat tiba-tiba meloncat turun sambil
berteriak-teriak, “Aku takut, aku takut ada hantu” teriaknya membuat siapa saja
bingung,” kenang Tumi, pedagang buah yang melihat peristiwa itu pada saat
kejadian.
Operator alat berat
lari tunggang langang kemudian mencegat bis angkutan umum terus balik ke rumah.
Sesampainya di rumah, orang tua si operator alat berat meninggal dunia tak
diketahui sebab musababnya.
Kejadian ini
diketahui para pekerja yang saat kejadian itu beberapa orang pekerja mengikuti
operator sampai ke rumah, karena takut terjadi apa apa dengan peristiwa siang
itu.
Salah seorang anak
indigo yang mampu melihat siapa penunggu dan apa yang ada di tempat itu
mengatakan, “Tempat itu dijaga seorang kakek tua tinggi besar mengenakan sorban
dan pakaian putih, selain kakek seekor ular yang sangat besar juga ada di
tempat itu.” ujar Putra, anak indigo warga Sukoharjo. “Kalau mau merobohkan
tempat itu terlebih dulu harus permisi. Selama ini para pekerja tak
mempedulikan lagi dengan apa yang sudah ada sebelumnya di tempat itu.
Dianggapnya mereka itu tidak ada,” keluh Putra.
0 comments:
Post a Comment